fbpx
Ayat-Ayat Kekerasan Dalam Kitab Suci

Ayat-Ayat Kekerasan Dalam Kitab Suci

Baru-baru ini publik tanah air dibuat gaduh gara-gara beredarnya pernyataan Pendeta Saifudin Ibrahim yang meminta agar Meteri Agama merevisi atau menghapus 300 ayat Al-Qur’an yang dia nilai menjadi pemicu radikalisme dan intoleransi.

Saya tidak tahu persis ayat mana saja yang dia maksud itu. Kalau yang dia maksud adalah ayat-ayat yang mengandung violence (kekerasan), maka sebagai kitab pedoman hidup bagi manusia Al-Qur’an tidaklah mungkin bebas dari “kekerasan”. Karena dalam taraf tertentu violence itu dibutuhkan dalam penegakkan hukum dan perlindungan hak asasi manusia. Bahkan violence harus ditempuh dalam hal self defense (mempertahankan diri). Lebih jauh lagi violence berperan untuk menjaga perdamaian. Sebagaimana kitab undang-undang (konstitusi) dan hukum tidak bebas dari violence, begitupun kitab suci. Dalam hal ini Al-Qur’an bukan satu-satunya kitab suci yang mengandung kekerasan, kitab suci agama lain pun tidak bebas dari nilai-nilai kekerasan, bahkan tidak jarang justru lebih violent daripada Al-Qur’an.

Pada tulisan ini, mari kita cari tahu berapa persisnya jumlah ayat-ayat yang mengandung kekerasan dalam Al-Qur’an dan kitab suci lain, terutama Bible Kristen dan Yahudi. Lalu kita uji, apakah benar tuduhan yang ditujukan oleh Saifudin itu.

Pada 25 Januari 2018 Saint Michael and All Angels Episcopal Church di Dallas Amerika Serikat mengadakan dialog lintas agama antara Yahudi, Kristen dan Islam. Dialog tersebut bisa kita saksikan di kanal youtube SMAADallas dengan judul Islam, Judaism, and Christianity – A Conversation. Acara ini menghadirkan pembicara dari pihak Yahudi Rabbi David Eli Stern (Rabbi senior di Temple Emanu-El of Dallas), dari pihak Kristen Dr. Cristopher D. Girata (Rektor Saint Michael) dan dari pihak Islam Syeikh Omar Suleiman (Pendiri Yaqeen Institute for Islamic Research).

Hal menarik pada video tersebut, yaitu pada menit 30:58 Dr. Omar Suleiman mengatakan:

“Statistically speaking, if you take the verses of the violence from the Old Testament, the New Testament, and the Qur’an, the persentage of the Old Testament it’s like 5,8 %, the New Testament was 2,8 % and the Qur’an was 2,3 %”.

Terjemahan bebasnya kira-kira : “Secara statistik, jika anda meneliti ayat-ayat kekerasan dari Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan Al-Qur’an, persentase pada Perjanjian Lama sekitar 5,8%, pada Perjanjian Baru 2,8% dan pada Al-Qur’an 2,3%”. Pernyataan ini diikuti gelak tawa dari hadirin terutama pendeta Cris. Girata yang tidak bisa menahan tawanya yang terbahak-bahak, sedangkan Rabbi David Stern hanya bisa tersenyum sambil ngangguk-ngangguk.

Jadi jika kita hitung jumlah ayat-ayat kekerasan berdasarkan data ini, maka kita akan menemukan bahwa jumlah ayat Al-Qur’an ada 6.236 maka 2,3% nya adalah 143. Jumlah ayat Perjanjian Baru ada 7.957 maka 2,8% nya adalah 222. Sedangkan jumlah ayat Perjanjian Lama ada 23.214 maka 5,8% nya adalah 1346.

Syeikh Omar tidak menyebutkan sumber dari data-data tersebut, sehingga saya harus mencarinya sendiri. Akhirnya saya menemukan penelitian yang dilakukan oleh Tom Anderson, seorang pakar dibidang analisa teks dan riset pemasaran. Ia juga merupakan programer yang mengembangkan software OdinText, sebuah aplikasi penganalisa teks yang digunakan dalam penelitian ini dan mengemukakan:

“Of the three books, the project found, the Old Testament is the most violent, with approximately 5.3% of the text referring to “destruction and killing” — the Quran clocked in at just 2.1%, with the New Testament slightly higher at 2.8%.”

[https://www.mic.com/articles/134803/here-s-what-happens-when-you-compare-the-violence-in-the-quran-to-that-in-the-bible]

“Dari ketiga Kitab Suci, ditemukan bahwa, Perjanjian Lama merupakan kitab yang paling banyak mengandung kekerasan, dengan persentase sekitar 5,3% ayat-ayat yang mengarah pada “penghancuran dan pembunuhan” – pada Al-Qur’an hanya terdapat 2,1% sedangkan Perjanjian Baru sedikit lebih tinggi yaitu 2,8%”. Kalau kita gunakan data ini, maka terdapat 130 ayat kekerasan dalam Al-Qur’an, 222 ayat dalam Perjanjian Baru dan 1230 pada Perjanjian Lama.

Seorang sejarawan agama Philip Jenkins, professor di Pennsylvania State University dan penulis buku “Jesus War” bahkan memutuskan untuk membandingkan tingkat kebrutalan Al-Qur’an dan Bible. Ia mengatakan :

“Much to my surprise, the Islamic scriptures in the Quran were actually far less bloody and less violent than those in the Bible”.

[https://www.npr.org/templates/story/story.php?storyId=124494788]

“Sangat mengejutkan bagi saya, ayat-ayat dalam Al-Qur’an ternyata jauh ‘lebih sedikit berdarah’ dan ‘lebih sedikit kasar’ dibandingkan  ayat-ayat Bible”.

Kalau demikian keadaannya, nampak jelaslah bahwa pernyataan Si Murtad Saifudin ini bukan hanya tidak akurat, tetapi juga tidak bercermin pada kitab sucinya sendiri.

Komentar