Terkadang terlintas dibenak kita, bagaimana bisa orang-orang kafir itu hidup dengan senang dan berkecukupan sedangkan kita orang beriman hidup dengan penuh ujian? Bagaimana bisa ummat islam yang disebut sebagai “khairu ummah” ini menjadi terpuruk dan ‘kalah’ dari orang kafir dalam berbagai bidang? Untuk menjawab pertanyaan tersebut marilah kita kembali menyelami ayat-ayat Al-Qur’an tentang keadaan orang-orang kafir itu.
Orang Kafir Adalah Seburuk-buruk Makhluk
إِنَّ شَرَّ ٱلدَّوَآبِّ عِندَ ٱللَّهِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ ٥٥
“Sesungguhnya makhluk paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang kafir, karena mereka tidak beriman”. (QS. Al-Anfal [8] : 55)
Al-Qur’an menyebut orang kafir sebagai “syarr ad-dawaab” yang berarti “binatang paling jelek“. Bagaimana tidak, orang kafir itu telah Allah beri kenikmatan yang banyak tetapi tidak bersyukur dan menggunakan nikmat itu untuk beriman. Mereka memiliki mata tetapi tidak mau melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, mempunyai telinga tetapi enggan mendengar ayat-ayat Allah, memiliki hati tetapi tidak digunakan untuk mengenali kebenaran.
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُولَـٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَـٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَـٰفِلُونَ ١٧٩
“Dan Sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah”. (QS. Al-A’raf [7] : 179).
Mereka Menikmati Dunia Seperti Binatang
اِنَّ اللّٰهَ يُدْخِلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ ۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَتَمَتَّعُوْنَ وَيَأْكُلُوْنَ كَمَا تَأْكُلُ الْاَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ ١٢ (محمّد/47: 12)
“Sungguh, Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir menikmati kesenangan (dunia) dan mereka makan seperti hewan makan; dan (kelak) nerakalah tempat tinggal bagi mereka”. (Muhammad/47:12)
Kehidupan mereka yang seperti binatang menjadikan mereka serakah dalam memperoleh harta. Mereka tidak peduli dengan cara mendapatkan harta apakah halal atau haram, baik atau buruk, bermoral ataukah amoral. Mereka pun menjadi kikir dalam membelanjakan hartanya dan mengira perbuatannya itu baik.
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ هُوَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۗ سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهٖ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ وَلِلّٰهِ مِيْرَاثُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ١٨٠ (اٰل عمران/3: 180)
“Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa kikir itu baik bagi mereka, padahal kikir itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan di lehernya pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan”. (Ali ‘Imran/3:180)
Andaipun mereka mengeluarkan hartanya, maka mereka menggunakannya untuk memusuhi orang beriman. Mereka pakai uangnya itu untuk menghalangi dakwah. Tetapi kemudian mereka menyesalinya karena usaha mereka itu gagal dan mereka akhirnya dikalahkan.
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ لِيَصُدُّوا عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ فَسَيُنفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ ۗ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا إِلَىٰ جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ ٣٦ (الانفال/8: 36)
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan (terus) menginfakkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri, dan akhirnya mereka akan dikalahkan. Ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang kafir itu akan dikumpulkan”. (Al-Anfal/8:36)
Amalan Mereka Sia-sia
Sebagian dari mereka ada yang gemar berderma dan melakukan amalan sosial. Ada yang mendirikan yayasan dan lembaga filantropi untuk kegiatan-kegiatan kemanusiaan. Namun semua amalan mereka itu tidak bernilai dihadapan Allah sehingga hanya akan menjadi sia-sia belaka.
وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا أَعْمَـٰلُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ ٱلظَّمْـَٔانُ مَآءً حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَهُۥ لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا وَوَجَدَ ٱللَّهَ عِندَهُۥ فَوَفَّىٰهُ حِسَابَهُۥ ۗ وَٱللَّهُ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ ٣٩ أَوْ كَظُلُمَـٰتٍ فِى بَحْرٍ لُّجِّىٍّ يَغْشَىٰهُ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِۦ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِۦ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَـٰتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَآ أَخْرَجَ يَدَهُۥ لَمْ يَكَدْ يَرَىٰهَا ۗ وَمَن لَّمْ يَجْعَلِ ٱللَّهُ لَهُۥ نُورًا فَمَا لَهُۥ مِن نُّورٍ ٤٠
“Dan orang-orang yang kafir, perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila didatangi tidak ada apa pun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya. Lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak dapat melihatnya. Barang siapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun.”. (QS. An-Nur/24 : 39)
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ ۖ أَعْمَـٰلُهُمْ كَرَمَادٍ ٱشْتَدَّتْ بِهِ ٱلرِّيحُ فِى يَوْمٍ عَاصِفٍ ۖ لَّا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَىٰ شَىْءٍ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلضَّلَـٰلُ ٱلْبَعِيدُ ١٨
Perumpamaan orang yang ingkar kepada Tuhannya, perbuatan mereka seperti abu yang ditiup oleh angin keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak kuasa (mendatangkan manfaat) sama sekali dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (QS. Ibrahim [14] : 18)
ٱلَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ أَضَلَّ أَعْمَـٰلَهُمْ ١
“Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, maka Allah menghapus segala amal mereka”. (QS. Muhammad [47] : 1).
وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَّهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَـٰلَهُمْ ٨ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَـٰلَهُمْ ٩
“Dan orang-orang yang kafir, maka celakalah mereka, dan Allah menghapus segala amalnya. Yang demikian itu karena mereka membenci apa (Alquran) yang diturunkan Allah, maka Allah menghapus segala amal mereka. (QS. Muhammad”. [47] : 8-9).
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِٱلْأَخْسَرِينَ أَعْمَـٰلًا ١٠٣ ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا ١٠٤ أُولَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا بِـَٔايَـٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَآئِهِۦ فَحَبِطَتْ أَعْمَـٰلُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ وَزْنًا ١٠٥
Katakanlah, “Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?” (Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya. Mereka itulah orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan (tidak percaya) terhadap pertemuan dengan-Nya. Maka sia-sia amal mereka, dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat. (QS. Al-Kahf [18] : 103-105)
مَثَلُ مَا يُنفِقُونَ فِى هَـٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيحٍ فِيهَا صِرٌّ أَصَابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوٓا أَنفُسَهُمْ فَأَهْلَكَتْهُ ۚ وَمَا ظَلَمَهُمُ ٱللَّهُ وَلَـٰكِنْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ ١١٧
“Perumpamaan harta yang mereka infakkan di dalam kehidupan dunia ini, ibarat angin yang mengandung hawa yang sangat dingin, yang menimpa tanaman (milik) suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri.”. (QS. Ali Imran [3] : 117)
وَقَدِمْنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَـٰهُ هَبَآءً مَّنثُورًا ٢٣
“Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan”. (QS. Al-Furqan [25] : 23)
Jangan Tertipu dengan Privilege yang Mereka Miliki
Kalau kita perhatikan mereka, selain harta mereka melimpah, mereka juga terlihat bebas bergerak ke destinasi manapun di bumi ini. Tanpa hambatan dan gangguan yang berarti. Sehingga sering kali kita merasa iri. Padahal semua itu hanyalah kesenangan sementara yang sedikit. Tidak seberapa dibandingkan nasib mereka di akhirat kelak. Yaitu neraka jahannam sebagai destinasi akhir mereka. Oleh karena itu kita jangan tertipu.
مَا يُجَـٰدِلُ فِىٓ ءَايَـٰتِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلَّذِينَ كَفَرُوا فَلَا يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِى ٱلْبِلَـٰدِ ٤ (غافر/40: 4)
“Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. Karena itu janganlah engkau tertipu oleh keberhasilan usaha mereka di seluruh negeri”. (Gafir/40:4)
لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فِى الْبِلَادِۗ ١٩٦ مَتَاعٌ قَلِيْلٌ ۗ ثُمَّ مَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُ ۗوَبِئْسَ الْمِهَادُ ١٩٧ (اٰل عمران/3: 196-197)
“Jangan sekali-kali kamu teperdaya oleh kegiatan orang-orang kafir (yang bergerak) di seluruh negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat kembali mereka ialah neraka Jahanam. (Jahanam) itu seburuk-buruk tempat tinggal”. (Ali ‘Imran/3:196-197)
Sebagai Bentuk Istidraj
Istidraj adalah dibiarkannya seseorang yang durhaka menikmati kesenangan tanpa dihukum, atau lebih tepatnya hukumannya ditangguhkan. Pada hakikatnya istidraj merupakan bentuk tipu daya dari Allah. Karena orang yang diuji dengan istidraj mengira berbagai kesenangan yang dia rasakan adalah merupakan kemuliaan. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa istidraj adalah ‘jebakan kenikmatan’. Dia dibiarkan dengan kedurhakaannya dalam waktu yang lama supaya kelak hukuman yang dia dapatkan semakin besar. Kalau demikian keadaannya, maka sebetulnya istidraj itu sendiri adalah merupakan hukuman.
وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ ١٨٢ وَاُمْلِيْ لَهُمْ ۗاِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ ١٨٣ (الاعراف/7: 182-183)
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh”. (Al-A’raf/7:182-183)
فَذَرْنِيْ وَمَنْ يُّكَذِّبُ بِهٰذَا الْحَدِيْثِۗ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَۙ ٤٤ وَاُمْلِيْ لَهُمْۗ اِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ ٤٥ (القلم/68: 44-45)
“Maka serahkanlah kepada-Ku (urusannya) dan orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur’an). Kelak akan Kami hukum mereka berangsur-angsur dari arah yang tidak mereka ketahui, dan Aku memberi tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh”. (Al-Qalam/68:44-45)
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ كَانُوْا مُسْلِمِيْنَ ٢ ذَرْهُمْ يَأْكُلُوْا وَيَتَمَتَّعُوْا وَيُلْهِهِمُ الْاَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ ٣ (الحجر/15: 2-3)
“Orang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang Muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya)”. (Al-Hijr/15:2-3)
وَجَعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا لِّيُضِلُّوا عَن سَبِيلِهِۦ ۗ قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصِيرَكُمْ إِلَى ٱلنَّارِ ٣٠
Dan mereka (orang kafir) itu telah menjadikan tandingan bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah, “Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu ke neraka.” (QS. Ibrahim [14] : 30)
Kesenangan Mereka Itu Supaya Dosa Mereka Bertambah
Sebagaimana telah disebutkan bahwa istidraj adalah merupakan jebakan dan tipu daya. Maka kedurhakaan yang mereka lakukan dengan terus menerus itu hanyalah akan menambah tumpukan dosa mereka. Sehingga kelak hukuman yang mereka dapatkan akan semakin berat.
وَلَا يَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا أَنَّمَا نُمْلِى لَهُمْ خَيْرٌ لِّأَنفُسِهِمْ ۚ إِنَّمَا نُمْلِى لَهُمْ لِيَزْدَادُوٓا إِثْمًا ۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ ١٧٨ (اٰل عمران/3: 178)
“Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah; dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan”. (Ali ‘Imran/3:178)
Supaya Allah Menghukum Mereka dengan Tiba-tiba
Yang demikian itu juga supaya Allah menghukum mereka dengan berat, yaitu dengan cara yang tidak disangka-sangka. Hukuman yang datang secara mendadak dan tiba-tiba itu datang justru ketika mereka berada di puncak kesenangannya. Sehingga mereka tidak punya waktu untuk bersiap atau bertobat. Juga supaya rasa sakit yang dirasakan menjadi semakin maksimal.
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِۦ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَٰبَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُوا بِمَآ أُوتُوٓا أَخَذْنَـٰهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ ٤٤
“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa”. (QS. An-An’am [6] : 44)
Allah Hendak Menyiksa Mereka Bahkan Di Dunia
Banyaknya harta yang dimiliki oleh mereka itu sebetulnya merupakan siksaan juga bahkan di kehidupan dunia. Sehingga janganlah kita merasa takjub dan kagum.
فَلَا تُعْجِبْكَ اَمْوَالُهُمْ وَلَآ اَوْلَادُهُمْ ۗ اِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ اَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كٰفِرُوْنَ ٥٥ (التوبة/9: 55)
“Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir”. (At-Taubah/9:55)
وَلَا تُعْجِبْكَ اَمْوَالُهُمْ وَاَوْلَادُهُمْۗ اِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّعَذِّبَهُمْ بِهَا فِى الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ اَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كٰفِرُوْنَ ٨٥ (التوبة/9: 85)
“Dan janganlah engkau kagum terhadap harta dan anak-anak mereka. Sesungguhnya dengan itu Allah hendak menyiksa mereka di dunia dan agar nyawa mereka melayang, sedang mereka dalam keadaan kafir”. (At-Taubah/9:85)
Mereka Tidak Akan Lolos Dari Siksa Allah
Dengan semua harta, kekuasaan dan pengaruh yang mereka miliki di dunia ini, jangan kira mereka akan lolos dari hukuman Allah yang pasti akan datang menimpa mereka. Allah berfirman:
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَبَقُوْاۗ اِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَ ٥٩ (الانفال/8: 59)
“Dan janganlah orang-orang kafir mengira, bahwa mereka akan dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sungguh, mereka tidak dapat melemahkan (Allah)”. (Al-Anfal/8:59)
Siksaan Allah untuk mereka di akhirat sudahlah pasti. Namun siksaan di dunia juga tidak mungkin bisa mereka elakkan. Karena tidak ada satupun yang luput dari kekuasaan Allah.
لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مُعْجِزِيْنَ فِى الْاَرْضِۚ وَمَأْوٰىهُمُ النَّارُۗ وَلَبِئْسَ الْمَصِيْرُ ٥٧ (النّور/24: 57)
“Janganlah engkau mengira bahwa orang-orang yang kafir itu dapat luput dari siksaan Allah di bumi; sedang tempat kembali mereka (di akhirat) adalah neraka. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (An-Nur/24:57)
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا لَن تُغْنِىَ عَنْهُمْ أَمْوَٰلُهُمْ وَلَآ أَوْلَـٰدُهُم مِّنَ ٱللَّهِ شَيْـًۭٔا ۖ وَأُولَـٰٓئِكَ أَصْحَـٰبُ ٱلنَّارِ ۚ هُمْ فِيهَا خَـٰلِدُونَ ١١٦
“Sesungguhnya orang-orang kafir, baik harta maupun anak-anak mereka, sedikit pun tidak dapat menolak azab Allah. Mereka itu penghuni neraka, (dan) mereka kekal di dalamnya”. (QS. Ali Imran [3] : 116)
Bisa Jadi Kemiskinan Itu Baik Untuk Kita
Allah Yang Maha Bijaksana memiliki hikmah dibalik semua keputusannya. Kita sebagai manusia memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengetahui semua hikmah itu. Kapasitas kita hanya mampu untuk mengetahui sebagian dari hikmah-hikmah itu. Diantara hikmah dibalik keputusan Allah membatasi nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang beriman ialah agar hamba itu tidak berbuat kezhaliman dan kerusakan dimuka bumi. Allah berfirman:
وَلَوْ بَسَطَ ٱللَّهُ ٱلرِّزْقَ لِعِبَادِهِۦ لَبَغَوْا فِى ٱلْأَرْضِ وَلَـٰكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَآءُ ۚ إِنَّهُۥ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرٌ بَصِيرٌ ٢٧ ( الشورى/42: 27)
“Seandainya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi. Akan tetapi, Dia menurunkan apa yang Dia kehendaki dengan ukuran (tertentu). Sesungguhnya Dia Mahateliti lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya”. (Asy-Syura/42:27)
Ujian berupa kemiskinan dan penyakit merupakan ketentuan Allah terhadap hamba-Nya yang pasti mengandung hikmah dibaliknya. Supaya hamba yang diuji itu mempertahankan keimanannya dengan sabar. Andaikan ia diberi kekayaan dan kesehatan, belum tentu ia teguh dalam keimanannya. Dalam sebuah Hadits Qudsi disebutkan:
أتانِي جِبْرِيلُ فقالَ: يا مُحَمَّدُ رَبُّكَ يَقْرَأُ عَلَيْكَ السَّلاَمَ ويَقُولُ لَكَ: «إنّ مِن عِبادي منْ لا يَصْلُحُ إيمانُهُ إلاَّ بالغِنى ولوْ أفْقَرْتُهُ لَكَفَرَ وإنّ منْ عَبادِي منْ لا يَصْلُحُ إيمانُهُ إلاَّ بالفَقْرِ ولَوْ أغْنَيْتُهُ لَكَفَرَ وإنّ مِن عَبادِي مَن لا يَصْلُحُ إيمانُهُ إلاَّ بالسُّقْمِ ولوْ أصْحَحْتُهُ لَكَفَرَ وإنّ مِن عِبادِي مَن لا يَصْلُحُ إيمانُهُ إلاَّ بالصِّحَّةِ ولوْ أسْقَمْتُهُ لَكَفَرَ»
Jibril mendatangiku dan berkata: ‘Hai Muhammad, Rabb mu membacakan salam kepadamu, dan mengatakan kepadamu: “Sesungguhnya ada diantara hamba-hamba-Ku yang keimanannya tidak baik kecuali dengan kekayaan, jika seandainya Aku miskinkan dia niscaya ia akan kafir. Dan sungguh ada diantara hamba-hamba-Ku yang keimanannya tidak baik kecuali dengan kemiskinan, jika seandainya Aku jadikan ia kaya niscaya ia akan kafir. Sesungguhnya diantara hamba-hamba-Ku ada yang tidak baik keimanannya kecuali dengan penyakit, jika seandainya Aku jadikan dia sehat niscaya ia akan kafir. Dan sungguh diantara hamba-hamba-Ku ada yang tidak baik keimanannya kecuali dengan kesehatan, jika seandainya Aku jadikan dia sakit niscaya ia akan kafir.” (HR. Al-Khathib Al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad dari Umar bin Khaththab, dinilai dha’if oleh Al-Albani dalam Dha’if Al-Jami’ush Shaghir no. hadits 75 ; Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha’ifah no. hadits 1774-1775)
***
Setelah kita renungkan ayat-ayat diatas, maka kita menjadi sadar bahwa tidak pantas bagi kita orang-orang beriman untuk merasa iri kepada orang kafir. Karena pada hakikatnya orang beriman itu lebih tinggi kedudukannya diatas orang kafir. Sehingga tidak boleh kita merasa inferior dan minder dihadapan mereka. Keterpurukan ummat Islam pada hari ini dan kemajuan orang kafir itu hanyalah sebuah episode kehidupan yang Allah pergilirkan secara bergantian diantara ummat manusia. Dan setiap ummat memiliki batasan waktunya masing-masing. Allah berfirman:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ١٣٩ إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ ٱلْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُۥ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ ٱلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَآءَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّـٰلِمِينَ ١٤٠ وَلِيُمَحِّصَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا وَيَمْحَقَ ٱلْكَـٰفِرِينَ ١٤١ (اٰل عمران/3: 139-141)
“Dan janganlah kamu merasa lemah, dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi derajatnya, jika kamu orang beriman. Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa kejayaan dan kehancuran itu, Kami pergilirkan di antara manusia agar mereka mendapat pelajaran, dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya gugur sebagai syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir”. (Ali ‘Imran/3:139-141)
وَلَا تَهِنُوا فِى ٱبْتِغَآءِ ٱلْقَوْمِ ۖ إِن تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ ۖ وَتَرْجُونَ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا ١٠٤ (النساء/4: 104)
“Dan janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka ketahuilah mereka pun menderita kesakitan pula, sebagaimana kamu rasakan, sedang kamu masih dapat mengharapkan dari Allah apa yang tidak dapat mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana”. (An-Nisa’/4:104)
Jadi, pantaskah kita merasa iri kepada orang kafir?