Disebuah dunia dimana orang kuat berkuasa. Dan kekuatan seseorang ditentukan dengan pertarungan tinju yang diadakan setiap tahun. Tersebutlah ada seseorang bernama Habib Nurmahmudin. Dia adalah seorang petinju profesional juara dunia. Karena ia selalu mempertahankan posisinya sebagai juara dunia, ia mendapatkan penghormatan dari semua orang. Musuh-musuhnya merasa takut dan segan kepadanya disamping mereka pun menaruh hormat karena Habib dinilai sebagai lawan tangguh yang selalu bertanding dengan fair dan penuh integritas. Teman-teman Habib merasa bangga dan kagum kepadanya. Mereka semakin mencintainya karena Habib selalu hadir membela dan melindungi mereka dari perlakuan orang-orang jahat. Hal ini membuat semua orang yang mengenal Habib baik keluarganya, tetangganya dan teman-temannya merasa aman karena mereka tahu tidak ada orang yang berani macam-macam dengan Habib. Musuh-musuh Habib pun tidak ada satupun yang berani mengganggunya dan orang-orang disekitarnya.
Keadaan seperti ini terus berlanjut hingga akhirnya musuh-musuh Habib berkonspirasi mencari cara untuk mengalahkannya. Suatu hari mereka mengumumkan bahwa dunia tidak lagi membutuhkan pertarungan tinju. Sebagai gantinya mereka mengadakan permainan kartu. Dunia pun dirubah sedemikian rupa sehingga pertarungan tinju benar-benar ditiadakan. Habib dilarang untuk mengadakan pertarungan. Teman-teman Habib yang nekat untuk sekedar berlatih tinju pun dilabeli sebagai orang-orang barbar dan buas. Mereka bahkan dijatuhi sanksi dan dikucilkan. Akhirnya dunia ini dikendalikan oleh permainan kartu.
Habib mengikuti permainan kartu pertamanya pada hari dimana seharusnya ia menghajar lawannya diatas ring. Hasilnya tidak bagus. Habib langsung kalah telak diiringi cemoohan dan ledekan musuh-musuhnya yang puas mentertawakan kekalahan Habib. Sejak saat itu Habib dan teman-temannya merasakan kehinaan yang luar biasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Musuh-musuh Habib yang memenangkan permainan kartu itu merasa besar kepala dan mulai berani menghina-hina Habib dan teman-temannya secara verbal. Habib tertunduk lesu. Ia bertekad untuk mempelajari permainan kartu supaya dia bisa menang tahun depan.
Pada tahun berikutnya Habib kalah lagi. Begitupun tahun-tahun setelahnya. Habib benar-benar kehilangan wibawanya dimata musuh-musuhnya. Ia kehilangan semua penghormatan yang selama ini ia miliki. Tidak ada lagi yang takut dan segan kepadanya. Sampai-sampai keluarga dan teman-teman Habib merasa dunia ini sudah tidak aman lagi untuk mereka karena seringnya mereka diganggu oleh orang jahat. Habib tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk membela mereka karena setiap kali ia mengepalkan tinjunya untuk membela mereka pasti dunia langsung mengutuknya.
Sudah puluhan tahun Habib kalah dalam permainan kartu. Teman-teman Habib diseluruh dunia sudah banyak yang menjadi korban pelecehan, kekerasan dan bahkan pembantaian. Mereka sudah kehilangan sosok Habib yang selama ini selalu melindungi mereka. Bahkan yang lebih mengiris hati adalah apa yang terjadi pada keluarga Habib. Habib memiliki 3 orang adik perempuan: Malika, Dina dan Valentina. Dahulu mereka sangat dihormati karena posisinya sebagai adik Habib. Namun sekarang nasib tragis menimpa Valentina adik bungsu Habib.
Sudah puluhan tahun sejak Habib berhenti bertinju Valentina dilecehkan dan dianiaya oleh orang jahat bernama Wahyudi. Akibat penganiayaan ini Valentina sudah sering mengalami memar, luka berdarah, luka bakar, patah tulang hingga keguguran. Tidak ada yang bisa Habib lakukan untuk menghukum Wahyudi. Ia hanya bisa berdoa dalam diam sambil menangisi nasibnya yang malang. Begitupun teman-teman Habib diseluruh dunia, mereka hanya bisa mengumpulkan donasi untuk pengobatan Valentina tanpa bisa melakukan apa-apa pada Wahyudi. Pernah suatu ketika Thomas suami Valentina membela istrinya dan melawan Wahyudi. Tetapi seluruh dunia malah menyalahkan Thomas dan menghukumnya.
Nasib agak baik dialami oleh Malika dan Dina. Tidak ada orang jahat yang melecehkan dan menganiaya mereka seperti yang dialami oleh Valentina. Malika dan Dina hidup lebih sejahtera dengan berbagi suami yang bernama Sandi. Sandi adalah seorang kaya yang suka berderma. Ia banyak berderma kepada teman-teman Habib yang membutuhkan. Ia bahkan banyak membantu Valentina. Namun disisi lain Sandi berteman baik dengan Wahyudi dan musuh-musuh Habib yang lain. Sandi bahkan tidak jarang ikut menyerang teman-teman Habib yang berlatih tinju.
Setelah puluhan tahun mengalami kekalahan akhirnya Habib mulai mengerti permainan kartu. Ia mulai mahir dan menguasai beberapa strategi. Hingga akhirnya pada event permainan kartu tahun 2012 yang diadakan di Mesir, Habib berhasil menang. Sebagian teman Habib ikut gembira dengan harapan mereka akan memperoleh kembali kemuliaan yang sudah hilang itu. Sebagian lagi tidak terlalu senang karena mereka berpendapat: “Kemuliaan macam apa yang bisa diperoleh dari memenangkan permainan kartu?”.
Setelah kemenangannya itu Habib dan teman-temannya mulai menata kembali kehidupan. Mereka membayangkan bahwa masa depan akan kembali dalam genggaman. Semua kehinaan dan kesengsaraan yang selama ini dialami akan bisa disembuhkan. Mereka berharap dunia akan kembali menghormati mereka.
Namun realita tidaklah sesuai ekspektasi mereka. Persekusi terhadap teman-teman Habib diseluruh dunia tidaklah berhenti. Pelecehan dan penganiayaan masih terus berlanjut. Seolah kemenangan Habib tidak dianggap. Musuh-musuh Habib tidak lagi takut dan segan kepadanya sebagaimana dahulu ketika Habib menjadi juara dunia tinju. Hal ini memang sangat wajar. Akal waras mana yang menyamakan antara pertarungan tinju dengan permainan kartu?
Belum lama Habib menikmati posisinya sebagai juara main kartu, musuh-musuh Habib tiba-tiba meninju Habib hingga babak belur. Mereka tidak bisa menerima kemenangan Habib. Tragisnya adalah, saat itu Habib sudah lupa cara bertinju. Dia tidak mempu lagi untuk membela dirinya sendiri. Peristiwa memilukan ini disaksikan oleh seluruh dunia dan membuat teman-teman Habib semakin bersedih.
Kejadian itu menyadarkan dunia bahwa seharusnya pertarungan tinju dikembalikan untuk menentukan siapa orang terkuat yang berhak menjadi pemimpin dunia. Bukan dengan permainan kartu lagi.
Sebetulnya ada beberapa teman Habib yang tetap konsisten berlatih dan bertarung tinju meskipun dunia menyerang mereka habis-habisan. Mereka tidak peduli dengan komentar nyinyir orang lain, baik dari pihak lawan maupun kawan. Ditangan merekalah terdapat harapan untuk mengembalikan kemuliaan Habib dan teman-temannya.
«لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي قَائِمَةً بِأَمْرِ اللهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ أَوْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ ﷿ وَهُمْ ظَاهِرُونَ عَلَى النَّاسِ».
Akan senantiasa ada sekelompok dari ummatku yang menegakkan perintah Allah, mereka tidak mempedulikan orang yang menghinakan atau menyelisihi mereka sampai datangnya hari Kiamat, dan mereka akan selalu menang atas manusia. (HR. Muslim 1037 & Ahmad 16932 dari Mu’awiyah)
«لَا يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ قَائِمَةٌ بِأَمْرِ اللهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلَا مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ».
Senantiasa akan ada dari ummatku, (sekelompok) ummat yang tegak di atas urusan agama Allah, mereka tidak mempedulikan orang yang menghina mereka dan tidak pula orang yang menyelisih mereka hingga datang ketetapan Allah atas mereka dan mereka dalam keadaan seperti itu (tetap tegak dalam urusan agama Allah). (HR. Bukhari 3641 dari Mu’awiyah)
«لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ».
Senantiasa ada sekelompok ummatku yang dimenangkan atas kebenaran, mereka tidak mempedulikan orang yang memusuhinya hingga hari Kiamat sedangkan mereka tetap seperti itu. (HR. Muslim 1920 dari Tsauban)
«لَنْ يَبْرَحَ هَذَا الدِّينُ قَائِمًا يُقَاتِلُ عَلَيْهِ عِصَابَةٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ».
Agama ini akan senantiasa menang selagi masih ada sekelompok kaum Muslimin yang berperang (di jalan Allah) hingga datang hari Kiamat. (HR. Muslim 1922 dari Jabir bin Samurah)
«لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ».
Senantiasa ada sekelompok dari ummatku yang selalu menang memperjuangkan kebenaran sampai hari Kiamat (HR. Muslim 1923 dari Jabir bin Abdillah)
«وَلَا تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ عَلَى مَنْ نَاوَأَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ».
Dan senantiasa ada sekelompok dari kaum Muslimin yang memperjuangkan kebenaran dan selalu menang atas orang yang memusuhinya sampai hari Kiamat. (HR. Muslim 1037 dari Mu’awiyah)
«لَا تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى أَمْرِ اللهِ قَاهِرِينَ لِعَدُوِّهِمْ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ».
Akan senantiasa ada dari umatku satu kelompok yang berperang di atas perkara Allah, mereka mengalahkan musuh-musuh mereka, dan orang-orang yang menyelisihi mereka tidak akan dapat membahayakan mereka sedikitpun hingga datang hari kiamat sedangkan mereka masih dalam keadaan seperti itu. (HR. Muslim 1924 dari ‘Uqbah bin ‘Amir)
«لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ عَلَى مَنْ نَاوَأَهُمْ حَتَّى يُقَاتِلَ آخِرُهُمُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ».
Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang berperang membela kebenaran, mereka selalu menang terhadap orang-orang yang memusuhinya hingga yang terakhir dari mereka memerangi Al Masih Dajjal. (HR. Ahmad 19920 dari ‘Imran bin Hushain)
«لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ بِنَا، فَيَقُولُ: لَا إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ الْأُمَّةَ».
Akan ada sekelompok dari umatku, mereka selalu berperang di atas kebenaran untuk menegakkannya hingga Hari Kiamat. Lalu ‘Isa bin Maryam turun, lalu pemimpin mereka berkata “Mari shalat lah dengan kami” (maksudnya mempersilahkan menjadi imam). Lalu ‘Isa berkata: “Tidak, sebagian kalian adalah menjadi pemimpin bagi lainnya, agar Allah memuliakan umat ini”. (HR. Ahmad 15127 dari Jabir bin Abdillah)
Hadits-hadits yang disebutkan diatas diriwayatkan dari beberapa orang shahabat seperti:
- Abu Hurairah [HR. Ibnu Majah 7 ; Ahmad 8274, 8484, 8930],
- Mu’awiyah bin Abi Sufyan [HR. Bukhari 3641 ; Muslim 1037 ; Ibnu Majah 9 ; Ahmad 16849, 16881, 16912, 16932],
- Jabir bin Abdillah [HR. Muslim 1923 ; Ahmad 14720, 15127],
- Al-Mughirah bin Syu’bah [HR. Bukhari 3640 ; Muslim 1921 ; Ahmad 18166],
- Abu Umamah [HR. Ahmad 22320]
- Tsauban [HR. Muslim 1920 ; Tirmidzi 2229 ; Abu Dawud 4252 ; Ibnu Majah 10 ; Ahmad 22403, 22395]
- Imran bin Hushain [HR. Abu Dawud 2484 ; Ahmad 19851, 19895, 19920],
- Uqbah bin Amir [HR. Muslim 1924],
- Jabir bin Samurah [HR. Muslim 1922], dan
- Qurrah Al-Muzanni [HR. Tirmidzi 2192 ; Ibnu Majah 6 ; Ahmad 15596, 15597, 20361].
Terdapat beberapa perbedaan ringan dalam redaksinya namun semuanya merujuk kepada satu makna yaitu tentang adanya sekelompok ummat islam yang tetap konsisten memperjuangkan kebenaran. Kelompok ini disebut Ath-Tha’ifah Al-Manshurah.
Mereka adalah sekelompok minoritas yang terasing dari ummat ini. Mereka memiliki karakter pejuang yang tangguh dan tidak mempedulikan celaan-celaan musuh.
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَسَوْفَ يَأْتِى ٱللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلْكَـٰفِرِينَ يُجَـٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٥٤ (المائدة : ٥٤)
Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui. (QS. Al-Maidah [5] : 54)
Kita kembali kepada kisah Habib.
Teman-teman Habib yang tetap konsisten bertinju ini berpendapat bahwa keterpurukan mereka selama ini adalah dikarenakan mereka telah melenceng dari jalan hidup mereka yang dahulu. Mereka telah sibuk bermain-main kartu dan hiburan lainnya serta mereka telah meninggalkan tinju. Sebagian mereka enggan untuk bertinju kembali bahkan takut untuk membicarakan tinju. Sebagian lagi malah membenci tinju dan menganggap bahwa bertinju bukanlah bagian dari tradisi mereka. Maka wajar saja jika musuh-musuh Habib sudah tidak lagi menaruh rasa hormat dan segan kepada mereka.
«يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا»، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: «بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزَعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ»، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: «حُبُّ الدُّنْيَا، وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ»
“Hampir-hampir bangsa-bangsa memperebutkan kalian (umat Islam), layaknya memperebutkan makanan yang berada di mangkuk.” Seorang laki-laki berkata: “Apakah kami waktu itu berjumlah sedikit?” beliau menjawab: “Bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak, namun kalian seperti buih di genangan air. Sungguh Allah akan mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kalian kepada kalian, dan akan menanamkan ke dalam hati kalian Al-Wahn.” Seseorang lalu berkata: “Wahai Rasulullah, apa itu Al-Wahn?” beliau menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Dawud 4297 & Ahmad 22397 dari Tsauban ; Ahmad 8713 dari Abu Hurairah).
Lalu apa penjelasan dari “Cinta dunia dan takut mati” itu?. Sungguh kami tidak menemukan penjelasan yang lebih tepat dari hadits berikut:
«إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ».
Jika kalian berjual beli dengan cara ‘inah, mengikuti ekor sapi, ridha dengan bercocok tanam dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menguasakan kehinaan atas kalian. Allah tidak akan mencabutnya dari kalian hingga kalian kembali kepada agama kalian. (HR. Abu Dawud 3462 dari Ibnu Umar)
«لَئِنْ أَنْتُمُ اتَّبَعْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَتَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ فِي سَبِيلِ اللهِ، لَيُلْزِمَنَّكُمُ اللهُ مَذَلَّةً فِي أَعْنَاقِكُمْ، ثُمَّ لَا تُنْزَعُ مِنْكُمْ حَتَّى تَرْجِعُونَ إِلَى مَا كُنْتُمْ عَلَيْهِ، وَتَتُوبُونَ إِلَى اللهِ».
Jika kalian telah mengikuti ekor sapi (sibuk dengan bisnis), kemudian berjual beli dengan cara riba, dan kalian tinggalkan jihad di jalan Allah, sungguh Allah mewajibkan kehinaan di atas leher-leher kalian, kemudian (kehinaan itu) tidak akan dicabut dari kalian, sehingga kalian kembali kepada (Din) yang kalian pegang teguh, dan kalian bertaubat kepada Allah. (HR. Ahmad 5562 dari Ibnu Umar)
Kedua hadits diatas menginformasikan kepada kita bahwa ada kondisi-kondisi yang menyebabkan ummat ini ditimpa keterpurukan dan kehinaan. Yaitu ketika ummat ini perhatiannya ditujukan kepada urusan bisnis (perniagaan), lebih senang mengurusi hewan ternak dan menyibukkan diri dengan bercocok tanam sehingga melalaikannya dari urusan jihad. Bahkan jihad benar-benar mereka tinggalkan karena sifat pengecut, takut mati, enggan berjuang, berat hati untuk berkorban, tidak mau susah dan ingin hidup senang-senang saja.
Bukankah jelas sekali terlihat bahwa hadits diatas benar-benar pas menafsirkan fenomena wahn yang hari ini menjangkiti ummat ini. Ummat yang telah kehilangan kekuatan dan wibawanya itu mesti merenungkan hadits yang mulia ini. Jumlah yang banyak namun diibaratkan seperti buih di lautan, terombang-ambing tanpa arah dan kekuatan. Sebabnya adalah wahn : Cinta Dunia = Sibuk berbisnis, beternak, bercocok tanam dan Takut Mati = Meninggalkan jihad.
Namun keterpurukan ini tidaklah permanen, diakhir hadits Rasulullah mengatakan: “Sampai kalian kembali ke agama kalian”. Yaitu kalian mengerjakan apa yang kalian tinggalkan: jihad.
Semoga Allah meridhai dan merahmati Abu Bakar Ash-Shiddiq, ketika beliau berkata dalam khutbahnya yang pertama kali setelah pembai’atannya sebagai khalifah kaum muslimin. Beliau berkata:
أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا النَّاسُ، فَإِنِّي قَدْ وُلِّيتُ عَلَيْكُمْ وَلَسْتُ بِخَيْرِكُمْ، فَإِنْ أَحْسَنْتُ فَأَعِينُونِي، وَإِنْ أَسَأْتُ فَقَوِّمُونِي، الصِّدْقُ أَمَانَةٌ، وَالْكَذِبُ خِيَانَةٌ، وَالضَّعِيفُ فِيكُمْ قَوِيٌّ عِنْدِي حَتَّى أُرِيحَ عَلَيْهِ حَقَّهُ، إِنْ شَاءَ اللهُ، وَالْقَوِيُّ فِيكُمْ ضَعِيفٌ حَتَّى آخُذَ الْحَقَّ مِنْهُ، إِنْ شَاءَ اللهُ، لَا يَدَعُ قَوْمٌ الْجِهَادَ فِي سَبِيلِ اللهِ إِلَّا ضَرَبَهُمُ اللهُ بِالذُّلِّ، وَلَا تَشِيعُ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ إِلَّا عَمَّهُمُ اللهُ بِالْبَلَاءِ، أَطِيعُونِي مَا أَطَعْتُ اللهَ وَرَسُولَهُ، فَإِذَا عَصَيْتُ اللهَ وَرَسُولَهُ، فَلَا طَاعَةَ لِي عَلَيْكُمْ، قُومُوا إِلَى صَلَاتِكُمْ يَرْحَمْكُمُ اللهُ. (البداية والنهاية ٩ / ٤١٥)
Amma ba’du. Wahai sekalian manusia. Sungguh aku telah ditunjuk untuk memimpin kalian padahal aku bukanlah yang terbaik diantara kalian. Jika aku berbuat baik maka bantulah aku, dan jika aku berbuat jahat maka luruskanlah aku. Kejujuran adalan amanah sedangkan kedustaan adalah khianat. Orang yang lemah diantara kalian bisa menjadi kuat posisinya dihadapanku ketika aku berikan haknya, Insya Allah. Dan orang yang kuat diantara kalian bisa menjadi lemah dihadapanku jika aku ambil hak orang lain darinya, Insya Allah. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah melainkan Allah akan timpakan kehinaan kepada mereka. Dan tidaklah suatu perbuatan keji menyebar secara terang-terangan pada suatu kaum kecuali Allah akan timpakan bencana kepada mereka seluruhnya. Taatilah aku selama aku mentaati Allah dan Rasul-Nya. Jika aku mendurhakai Allah dan Rasulnya maka kalian tidak perlu mentaatiku. Bangkitlah untuk melaksanakan shalat, semoga Allah merahmati kalian. (Al-Bidayah wan Nihayah 9/415)
Maka benarlah firman Allah ﷻ :
اِلَّا تَنْفِرُوْا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا وَّيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوْهُ شَيْـًٔا وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (التوبة: 39)
Jika kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan menghukum kamu dengan azab yang pedih dan menggantikan kamu dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan merugikan-Nya sedikit pun. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. 9:39)
Dan benarlah sabda Rasulullah ﷺ :
«مَا تَرَكَ قَوْمٌ الْجِهَادَ إِلَّا عَمَّهُمُ اللهُ بِالْعَذَابِ»
Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad melainkan Allah akan mengadzab mereka semuanya. (HR. Ath-Thabrani dalam Al- Mu’jam Al-Ausath no. 3839 dari Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wat-Tarhib no. 1392).
Maka jelaslah sudah, bermain kartu tidak sama dengan bertarung tinju. Sehebat apapun orang bermain kartu tidaklah mungkin bisa dibandingkan dengan seorang petarung tinju. Oleh karena itu, hendaknya Habib dan teman-temannya itu sadar bahwa kemuliaan mereka hanyalah bisa diraih kembali dengan kembalinya ia ke gelanggang pertarungan tinju.
Terakhir, mari kita renungkan firman Allah berikut ini yang kami nilai cocok dengan pembahasan tulisan ini.
قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَـٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَـٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَـٰسِقِينَ (التوبة: 24)
Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS. 9:24)
Wallahu a’lam bish-shawaab.