fbpx
Waspada, 3 Penyakit Hati Ini Adalah Pangkal Segala Dosa

Waspada, 3 Penyakit Hati Ini Adalah Pangkal Segala Dosa

Ketika Allah telah menciptakan manusia pertama yaitu Adam dan mengajarinya ilmu-ilmu yang tidak diajarkan kepada makhluk yang lain bahkan malaikat, Allah perintahkan para malaikat untuk sujud kepada Adam. Namun ada satu makhluk Allah yang enggan untuk mentaati perintah-Nya itu. Disebabkan kesombongannya dan merasa lebih baik daripada Adam, Iblis mendurhakai Allah sehingga ia dikutuk.

Allah mengizinkan Adam dan istrinya untuk tinggal di surga. Adam dibolehkan untuk memakan apapun dari tumbuh-tumbuhan surga, kecuali sebuah pohon yang Allah larang untuk didekati. Dihinggapi rasa penasaran dan tidak puas akhirnya Adam dan istrinya melanggar perintah Allah itu sehingga ia dikeluarkan dari surga.

Setelah dikeluarkan dari surga Adam dan istrinya tinggal di bumi. Allah mengaruniakan kepada keduanya anak-anak yang banyak sehingga manusia memulai peradabannya di dunia ini. Namun sebuah tragedi terjadi. Salah satu putra Adam membunuh saudaranya karena rasa dengki di hatinya.

Ketiga kisah diatas merupakan kisah yang sudah tidak asing lagi bagi kita karena seringnya disampaikan di mimbar-mimbar maupun di kelas. Namun dalam tulisan ini, mari kita tadabburi hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya yang mungkin luput dari penjelasan para guru atau da’i. Kisah-kisah tersebut menceritakan kepada kita 3 dosa yang pertama kali terjadi dalam sejarah. Dosa pertama dilakukan oleh Iblis, dosa kedua dilakukan oleh Adam, dan dosa yang ketiga dilakukan oleh anak Adam. Yang menarik untuk direnungkan adalah bahwa ketiga dosa itu semuanya merupakan penyakit hati.

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: إِنَّ النَّبِيَّ ﷺ، قَالَ: «ثَلاثٌ هُنَّ أَصْلُ كُلِّ خَطِيئَةٍ فَاتَّقُوهُنَّ وَاحْذَرُوهُنَّ، إِيَّاكُمْ وَالْكِبْرَ فَإِنَّ إِبْلِيسَ حَمَلَهُ الْكِبْرُ عَلَى أَنْ لا يَسْجُدَ لآدَمَ، وَإِيَّاكُمْ وَالْحِرْصَ فَإِنَّ آدَمَ حَمَلَهُ الْحِرْصُ عَلَى أَنْ أَكَلَ مِنَ الشَّجَرَةِ، وَإِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ ابْنَيْ آدَمَ إِنَّمَا قَتَلَ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ حَسَدًا»

Dari Ibnu Mas’ud ia berkata, Nabi ﷺ bersabda: “Tiga perkara yang merupakan sumber segala keburukan, berhati-hatilah dan waspadalah terhadapnya: Jauhilah sifat sombong, karena sesungguhnya Iblis dikuasai sifat sombong sehingga ia tidak mau bersujud kepada Adam. Jauhilah sifat tamak, karena Adam dihinggapi rasa tamak ketika ia memakan dari pohon terlarang. Jauhilah sifat dengki, karena salah satu putra Adam membunuh saudaranya karena dikuasai rasa dengki”. [Diriwayatkan oleh Abdul Karim Al-Qusyairi (w. 465 H) dalam “Risalah Al-Qusyairiyah” (1/288), Ismail Al-Ashbahani (w. 535 H) dalam “At-Targhib wat Tarhib” no. 629 & 2360,  Ibnu Asakir (w. 571 H) dalam “Tarikh Dimasyq” (49/40). Dinilai dha’if oleh Al-Albani dalam “Dha’if Al-Jami’us Shaghir” no. 2208].

Ibnu Abdul Barr (w. 463 H) dalam “Bahjatul Majaalis wa Unsul Majaalis” (1/198) mengatakan:

كان الحسن يقول: أُصُولُ الشَّرِّ ثَلَاثَةٌ: الْحِرْصُ، وَالْحَسَدُ، وَالْكِبْرُ، فَالْكِبْرُ مَنَعَ إبْلِيسَ مِنْ السُّجُودِ لِآدَمَ، وَالْحِرْصُ أَخْرَجَ آدَمَ مِنْ الْجَنَّةِ، وَالْحَسَدُ حَمَلَ ابْنَ آدَمَ عَلَى قَتْلِ أَخِيهِ.

Al-Hasan berkata: “Sumber keburukan ada tiga : Serakah, Iri hati dan Sombong. Sifat sombonglah yang menghalangi Iblis untuk sujud kepada Adam. Dan keserakahan lah yang telah mengeluarkan Adam dari surga. Sedangkan dengki, itulah yang membuat putra Adam membunuh saudaranya”.

Tiga penyakit hati ini begitu berbahaya bagi pelakunya dan orang lain, sehingga dikatakan sebagai 3 perusak yang membinasakan. Ibnu Hamdun (w. 562) berkata:

ثلاث موبقات: الكبر فإنه حطّ إبليس عن مرتبته، والحرص فإنه أخرج آدم من الجنة، والحسد فإنه دعا ابن آدم إلى قتل أخيه.

“Tiga hal yang merusak: Kesombongan, karena ia telah menurunkan Iblis dari kedudukannya; Keserakahan, karena ia menyebabkan keluarnya Adam dari surga; dan Kedengkian, karena ia mendorong anak Adam untuk membunuh saudaranya.” (At-Tadzkirah Al-Hamduniyah 2/182)

Bahaya yang ditimbulkan dari ketiga dosa ini adalah karena ketiganya akan melahirkan dosa-dosa yang lainnya. Ibnul Qayyim (w. 751 H) berkata:

أصولُ الخطايا كلِّها ثلاثةٌ: الكبْرُ: وهو الذي أصار إبليسَ إلى ما أصارهُ، والحِرْصُ: وهو الذي أخرج آدم من الجنَّة، والحسدُ: وهو الذي جَرَّأ أحدَ ابنَي آدمَ على أخيهِ؛ فمنْ وُقِي شَرَّ هذه الثلاثة فقد وُقِيَ الشَّرَّ؛ فالكفرُ من الكِبر، والمعاصي من الحِرْص، والبَغْيُ والظُّلْمُ من الحسد.

Pangkal seluruh perbuatan dosa/kesalahan ada 3 hal: Kesombongan, karenanya lah Iblis kondisinya menjadi seperti sekarang (menjadi makhluk terkutuk). Ambisi, karenanya lah Adam dikeluarkan dari surga. Dengki, karenanya lah salah satu putra nabi Adam terdorong untuk membunuh saudaranya. Barang siapa terjaga dari jeleknya ketiga perangai ini, maka sungguh dia telah terjaga dari seluruh kejelekan. Karena: Kekufuran berasal dari kesombongan. Kemaksiatan berasal dari ambisi (ketamakan). Kezhaliman dan perbuatan melampui batas berasal dari sifat dengki. (Al-Fawaid : 58).

Sombong

Kesombongan berada di urutan pertama pada daftar dosa ini, karena sombong adalah dosa besar yang pelakunya terancam tidak akan masuk surga. Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah ﷺ bersabda:

«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ»

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan.” (HR. Muslim 91, Ahmad 3789, Abu Dawud 4091, Tirmidzi 1999, Ibnu Majah 59, Al-Hakim 69).

Allah berfirman:

وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًا ٣٧

“Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung”. (QS. Al-Israa’ [17] : 37)

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ ١٨ وَٱقْصِدْ فِى مَشْيِكَ وَٱغْضُضْ مِن صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلْأَصْوَٰتِ لَصَوْتُ ٱلْحَمِيرِ ١٩

“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu, Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman [31] : 18-19)

Namun yang disebut sombong itu bukanlah orang yang berpenampilan bagus, rapi, wangi dan menarik. Melainkan yang disebut sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. Ketika mendengar ancaman bagi orang sombong, salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah:

«يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي لَيُعْجِبُنِي أَنْ يَكُونَ ثَوْبِي غَسِيلًا، وَرَأْسِي دَهِينًا، وَشِرَاكُ نَعْلِي جَدِيدًا». -وَذَكَرَ أَشْيَاءَ حَتَّى ذَكَرَ عِلَاقَةَ سَوْطِهِ-. «أَفَمِنْ الْكِبْرِ ذَاكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟»

“Wahai Rasulullah, Sesungguhnya aku menyukaiku bila aku berpakaian bersih, kepalaku berminyak dan tali sandalku baru”, -ia menyebutkan semuanya hingga menyebutkan ikatan pinggangnya- “Apakah itu termasuk kesombongan, wahai Rasulullah?”

Rasulullah ﷺ menjawab:

«لَا، ذَاكَ الْجَمَالُ، إِنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، وَلَكِنَّ الْكِبْرَ مَنْ سَفِهَ الْحَقَّ وَازْدَرَى النَّاسَ».

“Tidak, itu adalah estetika (keindahan), sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan. Tetapi kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Ahmad 3789, Muslim 91, Tirmidzi 1999, Al-Hakim 69).

Ya, kesombonganlah yang mendorong Iblis durhaka terhadap perintah Allah. Kesombongan juga yang menyebabkan banyak pembesar suatu kaum menolak dakwah para Nabi. Padahal mereka semua mengetahui kebenarannya. Karenanya, kesombongan juga akan mengarah kepada kekufuran.

أَبَىٰ وَٱسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلْكَـٰفِرِينَ ٣٤

“Iblis menolak perintah Allah karena kesombongannya, karena itulah ia termasuk golongan yang kafir”. (QS. Al-Baqarah [2] : 34)

Makhluk yang begitu lemah dan terbatas sangatlah tidak pantas untuk sombong. Karena satu-satunya yang boleh sombong hanyalah Allah Sang Pencipta. Makhluk yang berbuat sombong berarti telah merampas keagungan Allah. Dalam hadits qudsi disebutkan:

قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ : قَالَ اللهُ ﷿ : «الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ»

Rasulullah ﷺ bersabda: “Allah azza wa jalla berfirman: ‘Kesombongan adalah selendang-Ku, kebesaran adalah sarung-Ku, barangsiapa mengambil salah satu dari keduanya dari-Ku, maka akan Aku lemparkan ia ke dalam neraka.'” (Sunan Abu Dawud no. 4090 ; Sunan Ibnu Majah no. 4175 ; Musnad Ahmad no. 7382 ; Shahih Ibnu Hibban no. 328 ; Al-Mustadrak no. 203)

Tamak

Dalam sebuah hadits dari Ka’ab bin Mâlik, Rasûlullâh ﷺ bersabda,

«‌مَا ‌ذِئْبَانِ ‌جَائِعَانِ ‌أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ».

“Ambisi (ketamakan) seseorang untuk memperoleh harta dan kedudukan lebih merusak terhadap agamanya melebihi dua ekor serigala lapar yang dilepas menyerang sekawanan kambing” (HR. Tirmidzi 2376)

Tamak, serakah atau rakus timbul dari hawa nafsu dan ambisi. Merasa tidak cukup dengan yang dimiliki sehingga menginginkan sesuatu secara berlebihan. Bahkan dengan cara yang zhalim. Sifat ini ada pada manusia dan harus dikendalikan/ditundukkan.

وَتُحِبُّونَ ٱلْمَالَ حُبًّا جَمًّا ٢٠

“Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS. Al-Fajr [89] : 20).

وَإِنَّهُۥ لِحُبِّ ٱلْخَيْرِ لَشَدِيدٌ ٨

“Dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan”. (QS. Al-‘Aadiyaat [100] : 8).

«لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِيَ وَادِيًا مَلْئًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا، وَلَوْ أُعْطِيَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا، وَلَا يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ». 

“Sungguh, seandainya anak Adam diberikan satu lembah yang penuh dengan emas, pasti dia akan ingin memiliki lembah yang kedua, dan jika seandainya dia sudah diberikan yang kedua, pasti dia ingin mempunyai yang ketiga. Tidak ada yang dapat menutup perut anak Adam kecuali tanah, dan Allâh menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat”. (HR. Bukhari 6438 dari Ibnu Zubair)

Hadits ini menjelaskan bahwa manusia sangat tamak dan rakus kepada harta, meskipun hartanya sudah melimpah ruah. Diumpamakan, ia memiliki satu lembah emas, tetap saja ia ingin dua lembah emas, kalau sudah memiliki dua lembah emas atau harta yang banyak, maka dia tetap tamak dan berambisi untuk memiliki lembah emas yang ke tiga. Dan tidak ada yang dapat menghentikan keserakahan manusia, ambisinya dan angan-angannya kecuali kematian. Oleh karena itu di dalam hadits ini, manusia  disuruh bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla atas ketamakannya dan keserakahannya. Dan Allâh akan menerima orang yang bertaubat dengan taubat yang ikhlas, jujur, dan benar.

أَلْهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ ١ حَتَّىٰ زُرْتُمُ ٱلْمَقَابِرَ ٢

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur”. (QS. At-Takatsur [102] : 1-2)

Oleh karena itu, hendaknya kita mengendalikan hawa nafsu kita dan menghindari sifat tamak dengan cara selalu bersyukur dan merasa cukup serta memperbanyak mengingat kematian.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذَّاتِ»، يَعْنِي الْمَوْتَ.

Dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Perbanyaklah mengingat sesuatu yang dapat menghancurkan kenikmatan, yaitu kematian.” (HR. Ibnu Majah 4258)

Dengki

Dengki adalah menginginkan hilangnya kenikmatan dari orang yang didengki. Ini adalah permusuhan terhadap Allah dan merupakan penentangan terhadap ketentuan Allah dan tidak ridha dengan pembagian-Nya.

قَالَ عبد الله ابن مَسْعُودٍ: لَا تُعَادُوا نِعَمَ اللهِ. قِيلَ لَهُ: وَمَنْ يُعَادِي نِعَمَ اللهِ؟ قَالَ: الَّذِينَ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا آتَاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ، يَقُولُ اللهُ تَعَالَى فِي بَعْضِ الْكُتُبِ: الْحَسُودُ عَدُوُّ نِعْمَتِي مُتَسَخِّطٌ لِقَضَائِي غَيْرُ رَاضٍ بِقِسْمَتِي.

Abdullah bin Mas’ud berkata: “Janganlah kalian menentang nikmat-nikmat Allah!”. Ditanyakan kepadanya, “Siapakah orang yang menentang nikmat Allah?”. Ia menjawab: “Yaitu orang-orang yang dengki kepada orang lain atas karunia yang telah Allah berikan kepadanya. Allah berfirman dalam sebagian Kitab : “Orang yang pendengki adalah telah memusuhi nikmat-Ku dan membenci qadha’-Ku serta tidak ridha terhadap pembagian-Ku”. (Tafsir Al-Qurthubi 5/251)

Sifat dengki juga merupakan salah satu sifat kaum Yahudi dan kaum kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَّا يَوَدُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَـٰبِ وَلَا ٱلْمُشْرِكِينَ أَن يُنَزَّلَ عَلَيْكُم مِّنْ خَيْرٍ مِّن رَّبِّكُمْ ۗ… ١٠٥

“Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Rabbmu” (QS. Al-Baqarah [2] : 105)

وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ ٱلْكِتَـٰبِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعْدِ إِيمَـٰنِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلْحَقُّ ۖ … ١٠٩

“Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran” (QS. Al-Baqarah [2] : 109)

أَمْ يَحْسُدُونَ ٱلنَّاسَ عَلَىٰ مَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ ۖ … ٥٤

“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?” (QS. An-Nisa [4] : 54)

Dengki merupakan penyakit hati yang berbahaya bagi manusia, karena penyakit ini menyerang hati si penderita dan meracuninya; membuat dia benci terhadap kenikmatan yang telah diperoleh oleh saudaranya, dan merasa senang jika kenikmatan tersebut musnah dari tangan saudaranya. Hal ini menjadikan sifat dengki lebih menyiksa pelakunya daripada orang yang didengki. Si pendengki akan merasa tersiksa batinnya sementara yang didengki tidur dengan tenang. Sebagian salaf mengatakan:

مَا رَأَيْتُ ظَالِمًا أَشْبَهَ بِمَظْلُوْمٍ مِنْ حَاسِدٍ: نَفَسٌ دَائِمٌ، وَحُزْنٌ لَازِمٌ، وَغَمٌّ لَا يَنْفَذُ.

“Tak pernah aku melihat orang yang zalim namun ia lebih mirip dengan orang yang terzalimi seperti orang yang dengki. Nafsu yang selalu menguasainya, kesedihan senantiasa menyertainya, kegelisahan tak pernah berhenti dalam dirinya.” (Lihat: Al-Aqdul Fariid 2/170 dari Hasan Al-Bashri ; Syu’abul Iman 9/28 dari Al-Khalil bin Ahmad ; Ar-Risalah Al-Qusyairiyah 1/289 dari Umar bin Abdul Aziz )

Dengki tidak hanya merugikan orang yang menjadi sasaran, tetapi juga merusak diri sendiri. Ketika seseorang dipenuhi dengan dengki, kebaikan yang ada dalam dirinya perlahan-lahan terhapus. Perasaan negatif ini menghalangi kemampuan untuk bersyukur dan menghargai apa yang dimiliki.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: ‌«إِيَّاكُمْ ‌وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ».

Dari Abu Hurairah bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Jauhilah oleh kalian hasad (dengki), karena hasad dapat memakan kabaikan seperti api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud 4903 dinilai dha’if oleh Al-Albani, sedangkan Syu’aib Al-Arnauth menilai derajat hadits ini hasan lighairihi ; Diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah 4210 dari Anas bin Malik).

Sebagaimana ketamakan, kedengkian juga memiliki efek yang merusak bagi agama seorang muslim. Dalam sebuah hadits dari Ka’ab bin Malik, Rasulullah bersabda:

«ما ذِئْبانِ جائعانِ أُرْسِلا في زَرِيبَةِ غَنَمٍ، بأفْسَدَ لها مِنَ الحِرْصِ على المالِ، ‌والحسَدِ ‌في ‌دينِ ‌المسْلم».

“Tamak akan harta dan rasa dengki lebih merusak terhadap agama seorang muslim melebihi dua ekor serigala lapar yang dilepas menyerang sekawanan kambing”. [HR. Al-Mundziri dalam “At-Targhib wat Tarhib” (3/548), dan dinilai dha’if oleh Al-Albani dalam “Dha’if At-Targhib wat Tarhib” no. 1726].

Setiap muslim harus berusaha membuang dari dirinya sifat dengki tersebut dengan cara ridha terhadap qadha dan qadar-Nya serta mencintai kebaikan yang dimiliki saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, sebagaimana sabda Nabi ﷺ :

«لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ».

“Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari 13 dari Anas)

Mengatasi rasa dengki agar lenyap dari hati diantaranya dengan meminta perlindungan kepada Allah darinya dan meminta-Nya agar menyembuhkannya darinya serta memperbanyak berdzikir kepada Allah ketika melihat sesuatu yang dikaguminya.

***

Itulah ketiga penyakit hati yang merupakan dosa pertama dalam sejarah dan akan melahirkan dosa-dosa yang lainnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus menerus membersihkan hati kita dan menyucikan jiwa kita dari penyakit-penyakit hati yang membinasakan ini. Allah berfirman:

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّىٰهَا ٧ فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَىٰهَا ٨ قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ٩ وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠

Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (QS. Asy-Sayms [91] : 7-10)

Karena kebersihan hati akan terproyeksikan menjadi amal shalih dan akhlak yang mulia. Sedangkan rusaknya hati akan melahirkan berbagai macam keburukan dan dosa. Dalam sebuah hadits dari An-Nu’man bin Basyir, Rasulullah ﷺ bersabda:

أَلَا وَإِنَّ ‌فِي ‌الْجَسَدِ ‌مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ».

“Ketahuilah, di dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika ia baik maka akan baiklah seluruh tubuh. Namun jika ia rusak maka akan rusak pulalah seluruh tubuh, ketahuilah bahwa segumpal daging tersebut adalah qalbu (hati)”. (HR. Bukhari 52, Muslim 1599, Ibnu Majah 3984).

***

Membersihkan Hati dan Mensucikan Jiwa, Karakter Penduduk Surga

Dalam Musnad Ahmad (20/124) terdapat sebuah kisah indah yang diceritakan dari Anas bin Malik, bahwa suatu ketika Rasulullah sedang berada ditengah-tengah para sahabat kemudian beliau bersabda:

يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الْآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ».

“Akan muncul kepada kalian seorang laki-laki penghuni surga” 

Lalu muncul seorang laki-laki Anshar yang jenggotnya masih bertetesan air sisa wudhu, sambil menggantungkan kedua sandalnya pada tangan kirinya. Keesokan harinya Nabi ﷺ kembali mengatakan hal yang sama, dan orang yang sama pun muncul dengan keadaan seperti kemarin. Begitupun dihari ketiga, peristiwa yang sama terulang kembali. Hal ini menyebabkan Abdullah bin Amr bin Ash terdorong untuk menyelidiki amalan istimewa apa yang dimiliki oleh lelaki itu sehingga Rasulullah ﷺ mengabarkan selama 3 hari berturut-turut bahwa ia adalah ahli surga. Setelah 3 hari menginap di rumah laki-laki itu Abdullah tidak berhasil menemukan amalan istimewa dari lelaki itu. Akhirnya ia memberanikan diri bertanya langsung kepadanya. Maka orang itu berkata:

مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ ‌غَيْرَ ‌أَنِّي ‌لَا ‌أَجِدُ ‌فِي ‌نَفْسِي ‌غِلًّا لِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، وَلَا أَحْسِدُهُ عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللهُ إِيَّاهُ.

“Tidak ada amalan yang saya kerjakan melainkan seperti apa yang telah kamu lihat, hanya saja tidak pernah terbesit dalam hatiku rasa ingin menipu terhadap siapapun dari kaum muslimin, dan saya juga tidak pernah merasa iri dengki kepada seorang atas kebaikan yang telah dikaruniakan oleh Allah kepadanya”.

Maka Abdullah bin Amr pun berkata:

هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ، وَهِيَ الَّتِي لَا نُطِيقُ.

“Inilah amalan yang menjadikanmu sampai pada derajat yang tidak bisa kami lakukan.”

[Kisah ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad 12697, An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra 10633 dan Abdurrazzaq Ash-Shan’ani dalam Al-Mushannaf 21634].

Marilah kita bersihkan hati kita dan sucikan jiwa kita dari penyakit-penyakit yang membinasakan. Kita memohon kepada Allah agar kita diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah dan menghadap Allah dengan membawa hati yang bersih.

وَلَا تُخْزِنِى يَوْمَ يُبْعَثُونَ ٨٧ يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ٨٨ إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ٨٩ 

“Ya Allah, janganlah Engkau hinakan aku pada hari dibangkitkan, yaitu pada hari ketika harta dan anak-anak menjadi tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. (QS. Asy-Syu’araa’ [26] : 87-89)

Komentar